Gambar1. Para guru besar sedang berdiskusi mengenai perkembangan energi terbarukan di Indonesia

Pada tanggal 26 April 2019, Institut Teknologi Bandung menyelenggarakan Forum Guru Besar ke-4 di Bandung. Topik yang dibahas pada forum ini adalah perkembangan energi terbarukan di Indonesia. Tiga pembicara diundang untuk hadir di forum ini, yaitu Prof. Priyono Soetikno, Prof. Yazid Bindar, Ph.D., dan Prof. Dr. Zaki Su’ud. Forum ini juga dihadiri oleh sejumlah akademisi yang menaruh perhatian pada sektor energi.

Prof. Priyono Soetikno memaparkan bahwa Indonesia sebagian besar menggunakan batu bara dan minyak bumi sebagai sumber utama energi. Di sisi lain, negara lain telah mengembangkan nuklir dan jenis energi terbarukan lainnya sebagai basis energi mereka. Indonesia memiliki potensi besar pada berbagai jenis energi terbarukan, seperti energi matahari, angin, tenaga air, dan biomassa. Akan tetapi, pengembangan energi terbarukan ini kekurangan dukungan dan insentif dari pemerintah. Jika pemerintah berkomitmen penuh pada pengembangan energi terbarukan, jenis energi ini akan menjadi sumber energi utama kedua setelah batu bara.

Pada sesi kedua, Prof. Yazid Bindar, Ph.D. mempresentasikan kenaikan signifikan jumlah kendaraan dari tahun 1960 hingga tahun 2018. Pemerintah harus mencari solusi sebelum harga minyak membebani pengeluaran nasional. ITB menawarkan pengembangan bio-crude (minyak mentah nabati) sebagai sebuah solusi. Minyak mentah nabati telah dipelajari secara mendalam oleh ITB dan RTC-Pertamina di Jatinangor. Keuntungan menggunakan minyak mentah nabati adalah sumbernya yang terbarukan dan mudah didapat.

Di sesi terakhir, Prof. Dr. Zaki Su’ud menyebutkan bahwa pengembangan pembangkit listrik tenaga nuklir penting bagi masa depan Indonesia. Tantangannya adalah meyakinkan masyarakat akan potensi nuklir sebagai sumber energi baru. Sebagai perbandingan, pembangkit tenaga batu bara memiliki radiasi yang 10-100 kali lebih besar dibandingkan teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir terbaru karena terekspos langsung dengan udara. Selain itu, limbah dari pembangkit listrik tenaga nuklir generasi ke-4 (teknologi terkini pembangkit listrik tenaga nuklir) dapat digunakan kembali sebagai bahan bakar.

Berita sebelumyaPeneliti PYC di Acara Socratime Edisi Khusus Tahun 2019 Universitas Katolik Parahyangan
Artikulli tjetërPra-acara Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition 2019: Strategic Executive Roundtable Breakfast

BERIKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini