Gambar 1 Dr. Satoshi Konishi dari Kyoto University pada saat presentasi kuliah khusus ERIA 

 

Pada hari Selasa, 15 Mei 2018, Lembaga Penelitian Ekonomi untuk ASEAN dan Asia Timur (ERIA) mengadakan kuliah khusus “Energi Terbarukan di ASEAN”. Acara tersebut diselenggarakan di kantor ERIA (Sentral Senayan II, Jakarta) dengan Dr. Satoshi Konishi dari Kyoto University sebagai pembicara. Dr. Satoshi Konishi adalah seorang peneliti dari Institute of Advanced Energy, Graduate School of Advanced Integrated Studies in Human Survivability, Kyoto University. Ia menyampaikan materi mengenai “Konversi energi berkelanjutan dan daur ulang sumber daya: Tantangan konversi biomassa dengan energi bersih”. Kuliah tersebut dihadiri oleh pihak-pihak yang berasal dari industri serta para akademisi dari berbagai universitas.

Dalam presentasinya, ia menyoroti pentingnya pengurangan karbon. Meskipun energi terbarukan akan dapat mengurangi emisi karbon, kita harus tetap memikirkan cara untuk mengisolasi karbon yang sudah dilepaskan di atmosfer. Dr. Satoshi juga menyebutkan bahwa teknologi Penangkapan dan Penyimpanan Karbon (CCS) akan menjadi lebih penting dibandingkan bahan bakar fosil di tahun 2040. Argumen ini didukung oleh fakta bahwa pada anggaran karbon Paris Agreement diperkirakan akan habis pada tahun 2040.

Dengan pentingnya penyerap karbon, dapat dikatakan bahwa dalam waktu dekat harga karbon akan menjadi lebih tinggi dibandingkan harga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga biomassa. Dr. Satoshi Konishi menyampaikan sebuah konsep dimana reaktor biomassa dapat digunakan untuk menangkap emisi karbon alih-alih menghasilkan listrik. Dengan asumsi bahwa harga karbon menjadi lebih tinggi, konsep tersebut akan mampu berkelanjutan secara ekonomi di waktu yang akan datang. Ia juga mengatakan bahwa asap yang berasal dari biomassa membunuh 1,3 juta orang; sehingga, menangkap karbon yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik tenaga biomassa bukan hanya bermanfaat secara ekonomi, tapi juga dari sisi kesehatan. 

Dr. Satoshi Konishi menutup presentasinya dengan menyatakan bahwa pemrosesan biomassa yang dikombinasikan dengan energi baru merupakan pilihan yang memungkinkan untuk produksi bahan bakar, listrik lokal, dan penyerapan karbon. Karbon terisolasi kemudian dapat dijual sebagai kredit emisi yang diharapkan memiliki nilai ekonomi lebih di masa yang akan datang.

Berita sebelumyaDialog Kebijakan tentang “Kesempatan Pemberdayaan Ekonomi Perempuan dalam Transisi Ekonomi Rendah Karbon”
Artikulli tjetërGrand Seminar OCEANO 2018 “Sustainable Development for the Indonesian Seas”

BERIKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini